Tuesday, November 29, 2011

Pemikiran Tasawuf Junaid Al-Baghdadi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akhlak Tasawuf yang berjudul “Ajaran Tasawuf Junaid Al-Baghdadi”. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akhlak Tasawuf.
Kami berharap agar makalah yang kami buat ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Serta menjadi pahala bagi kami yang menyusun.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
 

Banjarmasin, 14 Oktober 2011
             



 
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Telah banyak kita ketahui tentang kehidupan sufi sejak zaman Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi’in, sampai zaman setelahnya. Tasawuf adalah upaya pendekatan diri seorang sufi kepada Allah SWT. Walaupun kita tahu bahwa para sufi mempunyai pengertian yang berbeda-beda dalam mengartikan tasawuf, mereka cenderung mengartikan tasawuf sesuai dengan pengalaman sufistik mereka masing-masing. Di sini kami tidak memfokuskan penjelasan tentang tasawuf akan tetapi di sini kami akan menulis sekelumit tentang salah satu sejarah hidup (biografi) dan ajaran tokoh sufi yaitu imam Junaid al baghdadi.
Beliau dijuluki sebagai “bapak tasawuf moderat”, karena beliau mendefinisikan tasawuf sebagai keberadaan bersama Allah SWT. Tanpa adanya penghubung. Baginya, tasawuf berarti “membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang, menekan sifat basyariyyah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji kepada Allah SWT. Dan mengikuti syariat Rasulullah SAW. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja, amin ya robbal ‘alamin.

BAB II
PEMBAHASAN

JUNAID AL-BAGHDADI

1.                  RIWAYAT HIDUP JUNAID AL-BAGHDADI
            Junaid Al-Baghdadi adalah seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli-ahli sufi. Tahun kelahiran Imam Junaid tidak dapat dipastikan. Tidak banyak dapat ditemui tahun kelahiran beliau pada biografi lainnya. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Qasim Al-Junaid bin Muhammad bin Junaid Al-Baghdadi. Junaid Al-Baghdadi adalah tokoh sufi modern yang dilahirkan dikota Nihawand, persia. Beliau adalah orang yang terawal menyusun dan memperbahaskan tentang ilmu tasauf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang menerangkan tentang ilmu tasauf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi.
Ia wafat pada tahun 298 H/ 910 M.[1] kendati dilahirkan di Nihawand, keluarganya bermukim di kota Baghdad, tempat ia belajar hukum Islam menurut Madzhab Imam Syafi’I, dan akhirnya ia menjadi kepala qadhi di Baghdad.
Imam Junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau memiliki sebuah gedung perniagaan di kota Baghdad yang ramai pelanggannya. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidaklah disibukkan dengan menguruskan perniagaannya sebagaimana peniaga lain yang kaya raya di Baghdad.
Waktu perniagaannya sering disingkatkan seketika karena lebih mengutamakan pengajian anak-anak muridnya yang dahagakan ilmu pengetahuan. Apa yang mengkagumkan ialah Imam Junaid akan menutup kedainya setelah selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau balik ke rumah untuk beribadat seperti solat, membaca al-Quran dan berzikir.
Setiap malam beliau berada di masjid besar Baghdad untuk menyampaikan kuliahnya. Ramai penduduk Baghdad datang masjid untuk mendengar kuliahnya sehingga penuh sesak.
Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Beliau redha dan bersyukur kepada Allah SWT dengan segala nikmat yang dikurniakan kepadanya. Beliau tidak pernah berangan-angan untuk mencari kekayaan duniawi dari sumber pekerjaannya sebagai peniaga. Beliau akan membagi-bagikan sebagian dari keuntungan perniagaannya kepada golongan fakir miskin, peminta dan orang-orang tua yang lemah.
Imam Junaid seorang yang berpegang kuat kepada al-Quran dan as-Sunnah. Beliau sentiasa merujuk kepada al-Quran dan sunnah Rasulullah saw dalam setiap pengajiannya.
Beliau pernah berkata:
“Setiap jalan tertutup, kecuali bagi mereka yang sentiasa mengikuti perjalanan Rasulullah saw. Sesiapa yang tidak menghafal al-Quran, tidak menulis hadis-hadis, tidak boleh dijadikan ikutan dalam bidang tasawuf ini.”[2]

B. PEMIKIRAN TASAWUF JUNAID AL-BAGHDADI
Karena perlawanan kaum ortodoks terhadap para sufi, Imam Junaid melakukan praktik-praktik spiritual dan mengajar murid-muridnya dibalik tujuh pintu terkunci. Dari surat-suratnya, risalah-risalah singkatnya, dan keterangan dari para sufi dan penulis biografi sufi sesudahnya, kami simpulkan bahwa jalan hidup sufinya berarti perjuangan yang permanen untuk kembali ke sumber setiap orang, yakni Tuhan, dan tempat segala sesuatu berasal. Bagi dia, cinta spiritual (mahabbah) berarti bahwa, sifat-sifat dari Yang Dicintai menggantikan sifat-sifat si pencinta.[3]
Imam Junaid memusatkan semua pikiran dan kecenderungan, setiap kekaguman, setiap harapan dan setiap ketakutan kepada Allah. Ia dipandang sebagai syekh sufi yang kharismatik dan tidak diragukan lagi kesufiannya di Baghdad. Banyak tarekay sufi kembali melalui dia. Diriwayatkan bahwa ia pernah berkata:
“kami tidak mengambil tasawuf dari pembicaraan atau kata-kata, melainkan dari lapar dan keterlepasan dari dunia ini, dan dengan meninggalkan hal-hal yang sudah biasa dan kami senangi.”
Dia juga pernah mengatakan, “apabila saya telah mengetahui suatu ilmu yang lebih besar dari pada tasawuf, tentulah saya telah pergi mencarinya, sekalipun harus merangkak.”
Perkataan lainnya adalah, “Tuhan menyucikan hati seseorang menurut kadar kekhusyukannya dalam mengingat dia.”
Imam Al-Junaid juga pernah ditanya, “siapakah orang yang arif (sufi)?” Ia menjawab, “orang yang arif adalah orang yang tidak terikat oleh waktu."[4]
Al-Junaid memang cukup terkenal dengan pemikiran ma’rifat-nya. Dalam hal ini, Al-Kalabadzi mengungkapkan bahwa Al-Junaidi pernah berpendapat tentang ma’rifat sebagai berikut:
Berkata Al-Junaid, ‘Ma’rifat itu ada dua macam, yaitu ma’rifat ta’arruf dan ma’rifat ta’arif. Ma’rifat ta’arruf adalah Allah memberitahukan kepada orang banyak akan diri-Nya dan memberitahu orang banyak akan hal-hal yang menyerupai-Nya, seperti perkataan Nabi Ibrahim a.s. ‘saya tidak menyukai sesuatu yang terbenam.’ Adapun arti ma’rifat at-ta’arif adakah Allah memberitahu orang banyak akan bekas-bekas kekuasaan-Nya dalam cakrawala dan dalam diri manusia, kemudian secara halus terjadilah kejadian dan benda-benda yang menunjukkan  kepada orang bahwa mereka itu ada yang menciptakan, yaitu Allah. Yang demikian ini adalah pengetahuan orang Islam kebanyakan terhadap Allah adalah pengetahuan orang-orang Khawasy (para ahli sufi). Semua orang tidak dapat ma’rifat terhadap hakikat Allah, kecuali karena-Nya sendiri.”[5]
Selain tentang ma’rifat, Al-Junaidi juga mempunyai pemikiran tentang tawakal. Ia pernah ditanya tentang tawakal, seperti dikutip oleh Abi Nashr As-Siraj Ath-Thusi dalam kitab Al-Luma. Menurutnya, tawakal adalah berpegang teguh hatinya kepada Allah SWT.
Selain itu Al Junaid mempunyai dan mengembangkan beberapa pokok pikiran, diantarnya adalah:
1. seseorang yang sudah memahami ilmu tasawwuf dan sebagai seorang sufi, harus berbudi pekerti baik dan meninggalkan yang buruk.
2. ajaran tasawwuf itu adalah ajaran yang dapat memurnikan hati dan hubungannya dengan makhluk lain.
3. seorang sufi harus dapat melaksanakan tiga rukun amal, yaitu:
a. melazimi dzikir,
b. mempertahankan tingkat kegairahan yang tinggi,
c. selalu melaksanakan syariat secara ketat dan tepat.
4. mengalihkan perhatian dari urusan dunia kapada urusan akhirat masih mudah, uzlah lebih sulit, mengekang hawa nafsu untuk dapat tenggelam bersama Allah jauh lebih sulit.
5. arti Tauhid menurut Junaid adalah: “mengesakan Allah dengan sesempurna ke-esaan, bahwa Allah Maha Esa yang tidak beranak dan diperanakkan, tidak berbilang dan tidak tersusun, tidak ada yang serupa dengan dia dan tidak pula menyerupai sesuatu,dia Maha mendengar dan Maha melihat

C. KISAH HIDUP JUNAID AL-BAGHDADI
1. Diuji dengan seorang wanita cantik
Setiap insan yang ingin mencapai keridhaan Allah selalu menerima ujian dan cobaan. Imam Junaid menerima ujian dari beberapa orang musuhnya setelah pengaruhnya yang meluas. Mereka telah membuat fitnah untuk menjatuhkan pamor Imam Junaid. Musuh-musuhnya telah bekerja keras menghasut khalifah dimasa itu agar membenci Imam Junaid. Namun usaha mereka untuk menjatuhkan kemasyhuran Imam Junaid tidak berhasil. 
Musuh-musuhnya selalu berusaha berbuat sesuatu yang dapat memalukan Imam Junaid. Pada suatu hari, mereka menyuruh seorang wanita cantik untuk memikat Imam Junaid. Wanita itupun mendekati Imam Junaid yang sedang tekun beribadah. Ia mengajak Imam Junaid agar melakukan perbuatan tekutuk.
Namun wanita cantik itu hanya dikecewakan oleh Imam Junaid yang sedikitpun tidak mengangkat kepalanya. Imam Junaid meminta pertolongan kepada Allah agar terhindar dari godaan wanita itu. Beliau tidak suka ibadahnya diganggu oleh siapapun. Beliau melepaskan satu hembusan nafasnya ke wajah wanita itu sambil membaca kalimah Lailahailallah. Dengan takdir Allah, wanita cantik itu rebah ke bumi dan mati.
Khalifah yang tau kematian wanita itu marah kepada Imam Junaid karena menganggapnya sebagai suatu perbuatan pembunuhan. Lalu khalifah memanggil Imam Junaid untuk memberikan penjelasan atas perbuatannya.
“Mengapa engkau telah membunuh wanita ini?” Tanya khalifah.
“ Saya bukan pembunuhnya. Bagaimana pula dengan keadaan tuan yang diamanahkan sebagai pemimpin untuk melindungi kami, tetapi tuan berusaha untuk meruntuhkan ibadah yang telah kami lakukan selama 40 tahun,” jawab Imam Junaid.[6]
2. Tabib yang sebenarnya
Suatu kali Junaid menderita sakit mata. Ia pun memanggil seorang tabib. “jika matamu terasa berdenyut-denyut, jangan biarkan matamu itu terkena air.” Nasehat sang tabib. Saat sang tabib telah pergi, Junaid berwudhu, shalat, kemudian pergi tidur.
Ketika ia bangun matanya telah sembuh. Ia mendengar sebuah suara berkata. “Junaid mengabaikan matanya demi meraih keridhaan Kami. Jika demi tujuan yang sama, ia memohon ampunan bagi para penghuni neraka, niscaya permohonannya itu akan kami kabulkan.”
Dijalan, tak berapa lama kemudian sang tabib memanggil Junaid dan melihat bahwa mata Junaid telah sembuh.
   “apa yang telah engkau lakukan?” Tanya sang tabib.
   “aku berwudhu untuk shalat,” jawab Junaid.
Seketika itu pula sang tabib yang beragama Kristen mengucapkan dua kalimat syahadat.
   “ini adalah penyembuhan sang pencipta, bukan makhluk,” komentar tabib tersebut.
“Junaid, matakulah yang sakit, bukan matamu. Kaulah tabib yang sebenarnya, bukan aku.[7]

D. KEWAFATAN JUNAID AL-BAGHDADI
Akhirnya kekasih Allah itu telah menyahut panggilan Ilahi pada 298 Hijrah. Imam Junaid telah wafat di sisi As-Syibli, salah satu dari muridnya.
Ketika sahabat-sahabatnya hendak mengajar kalimat tauhid, tiba-tiba Imam Junaid membuka matanya dan berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melupakan kalimat itu sejak lidahku pandai berkata-kata.”

E. KEISTIMEWAAN JUNAID AL-BAGHDADI
            Beliau memiliki beberapa kelebihan keistimewaan, diantaranya adalah:
1. dalam keadaan sakit keras menjelang ajalnya, beliau merasakan kedekatannya dengan Allah SWT, dan dalam keadaan seperti itu beliau masih mampu membaca surat Al Baqarah sebanyak 70 kali.
2. imam Junaid mempunyai beberapa kelebihan dan karamah. Di antaranya ialah pengaruh beliau yang kuat setiap kali menyampaikan kuliahnya. Kehadiran murid-muridnya di masjid, bukan saja terdiri dari orang-orang biasa, bahkan semua golongan meminatinya.
3. masjid-masjid sering dipenuhi oleh ahli-ahli falsafah, ahli kalam, ahli fikih, ahli politik dan sebagainya. Namun begitu, beliau tidak pernah angkuh dan bangga diri dengan kelebihan tersebut.
4. setelah meninggal jasadnya dishalati oleh lebih dari 60.000 orang islam dan dimakamkan dekat makam pamannya (Sarri Al Saqathi), dan makan beliau tidak pernah sepi dari penziarah selama satu bulan.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

            Junaid adalah seorang tokoh sufi modern (abad ke 3-4 H) yang moderat. Beliau tidak dilalaikan oleh dunia walaupun beliau termasuk dari golongan yang mempunyai harta, beliau lebih banyak memberikan hasil usahanya kepada fakir miskin, dan beliau juga lebih mengutamakan mengajar (ilmu) dari pada berdagang dalam rangka mengamalkan dan menyalurkan ilmunya kapada murid-muridnya.  Semoga kita dapat mengambil pelajaran serta meniru beliau dalam kebaikannya, amin.





















DAFTAR PUSTAKA

Ambary, Muarrif. ensiklopedi islam, jilid 2. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoev
Haeri, Syekh Fadlullah (1994). The Elements of Sufism, terj. Belajar Mudah Tasawuf. Elements Books Ltd., of Sufism
Romdon (1995). Tasawuf dan Aliran Kebatinan. Yogyakarta: LESFI
Tamam, M.B. (2008). Kisah-Kisah Teladan Para Sufi. Semarang: Amelia Surabaya
Labib,Mz. 2003. Ajaran Tasawwuf & Thoriqot Kehidupan Para Sufi. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Ensiklopedi Islam. 1999. Tasawwuf. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
http://syafii.wordpress.com/2008/07/05/junaid-al-bag























2 comments:

  1. nice blog.
    tentang makrifat, sila baca juga di http://kang-kolis.blogspot.com/2011/11/mengenal-allah.html
    atau juga di http://kang-kolis.blogspot.com/2009/11/mengenal-hakikat-diri-manusia-bagian-i_03.html

    ReplyDelete
  2. terima kasih pak, baru mulai mencoba membuat blog

    ReplyDelete